"Betapa hebatnya bangsa Melayu ini sehingga Nabi Muhammad S.A.W memerintahkan sahabat baginda mengIslamkan Raja Raja Di Nusantara."
Kronologi pengIslaman Raja Raja Melayu adalah di sini
Nabi Muhammad SAW diangkat jadi Rasul = (610 Masehi, 13 tahun sebelum Hijrah).
1 Hijrah = 622 Masehi.
Perkampungan Islam wujud di BARUS, Sumatera = 3 Hijrah (625 Masehi).
Rasulullah SAW wafat = 11 Hijrah (632 Masehi)
Saidina Zaid bin Harithah dihantar ke LAMURI, Sumatera = 35 Hijrah (655 Masehi).
Kesultanan ZABAJ ISLAM (Jambi) = 99 Hijrah (718 Masehi).
Kesultanan SAMUDERA = 205 Hijrah (820 Masehi).
Kesultanan PERLAK = 225 Hijrah (840 Masehi)
Kesultanan LAMURI = 349 Hijrah (960 Masehi)
Kesultanan LANGKASUKA = 530 Hijrah (1136 Masehi).
Kesultanan PASAI = 665 Hijrah (1267 Masehi)
Kesultanan ACEH DARUSSALAM = 901 Hijrah (1496 Masehi)
Wilayah Islam di Dunia Melayu
Menurut catatan sejarah, Islam sudah sampai ke BARUS, Sumatra 15 tahun setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, iaitu Tahun 3 Hijrah (625 Masehi). Satu rombongan diketuai oleh Sahabat Rasulullah SAW bernama Abdullah bin Mas'ud RA bersama 100 rombongan Qabilah Tachiek direkodkan sampai ke Barus. Pada ketika itu sudah berlaku perkahwinan antara pedagang Muslim dari Tanah Arab dengan wanita Melayu. Islam sampai ke China lebih awal, iaitu sekitar 616 Masehi (7 tahun sebelum Hijrah) dibawa oleh Sahabat yang bernama Saad bin Abi Waqqas RA. Sahabat bernama Zaid bin Harithah RA di hantar ke alam Melayu pada 35 Hijrah (655 Masehi) iaitu kira-kira 40 tahun setelah Saad RA sampai ke China.
JAMBI (ZABAJ ISLAM) dipercayai merupakan kerajaan Islam paling awal di Nusantara. Secara kebetulan pula, kerajaan inilah yang juga disebut Kerajaan MELAYU. Nama MELAYU dan JAMBI digunakan bersilih-ganti dalam banyak teks sejarah. Perkataan 'MALAYU' ditemui diukir pada sebuah tugu dianggarkan berusia sekitar 1286 Masehi. Ia ditemui di Padang Rocore, berhampiran muara sungai Batang Hari.
BARUS
Berikut adalah petikan mengenai sebahagian dari sejarah Islam di Barus, semoga bermanfaat:
633-661 M
Dikatakan pemerintahan Khulafa Al Rasyidin telah menjalin hubungan dengan beberapa kerajaan di Sumatera, termasuk Mendailing. Tapi hubungan itu masih sekedar hubungan antara negara dalam sebuah upaya untuk menjalin hubungan kerjasama ekonomi. Kapur barus, emas, merica dan rempah-rempah lainnya. Sumatera dikenal dengan istilah Zabag. Beberapa catatan mengenai kedatangan utusan dan pelaut Muslim ke Barus dan pelabuhan Sumatera lainnya yang dikuasasi Sriwijaya pernah didokumentasikan.
661-750 M
Pelaut-pelaut Arab yang Islam mulai berdatangan secara intens di masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Kedatangan mereka untuk misi dagang tersebut telah membentuk kantong-kantong muslim di tanah Mendailing, khususnya Barus, yang tentunya terjadinya transfer ilmu pengetahuan kepada penduduk setempat melalui medium non-formal.
718-726 M
Islam berkembang pesat di tanah Barus. Di lain pihak Islam berkembang di Sumatera masuknya beberapa raja Sriwijaya kepada Islam. Diantaranya Sri Indra Warman di Jambi.
851 M
Seorang pedagang Arab berhasil mendokumentasikan kedatangannya di kota Barus. Laporan Sulaiman itu pada tahun 851 M membicarakan tentang penambangan emas dan perkebunan barus (kamper) di Barus (Ferrand 36).
Dicatat bahwa para pendatang asing seperti Romawi, Yunani, Arab, Cina, India, Persia dan dari kepulauan Indonesia lainnya telah membangun kantong-kantong pemukiman yang lengkap dengan prasarana pendukungnya di Barus. Penambangan emas dan perkebunan kamper tersebut merupakan contoh bahwa kedua komoditas ini telah diolah secara modern dan bukan didapat secara tradisional di hutan-hutan.
Sekarang ini ahli sejarah menemukan bukti-bukti arkeologis yang memperkuat dugaan bahwa sebelum munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang awal di Sumatera seperti Peurlak dan Samudera Pasai, yaitu sekitar abad-9 dan 10, di Barus telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat Muslim dengan kehidupan yang cukup mapan (Dada Meuraxa dalam Ali Hasymi, Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam di Indonesia, bandung PT Al Maarif 1987). Kehidupan yang mapan itu pula memungkinkan mereka untuk hidup secara permanen di kawasan ini yang sudah pasti didukung oleh sarana pengembangan ilmu pengetahuan agar mereka tidak tertinggal dengan pesaing lainnya.
Sebagai pelabuhan yang sangat masyhur, Barus menjadi tujuan pendidikan tertua bagi masyarakat Mendailing. Hal ini dikarenakan bahwa Barus merupakan wilayah Mendailing yang paling mudah dicapai oleh orang-orang Mendailing dari pedalaman yang ingin menimba ilmu. Jalan-jalan menuju Barus telah dirintis rapi oleh pedagang-pedagang Mendailing yang ingin menjual kemenyan dan membeli produk jadi dari Barus. Sampai era tahun 1980-an, madrasah-madrasah tradisional Barus masih menjadi primadona tujuan pendidikan di tanah Mendailing sebelum akhirnya digantikan oleh Mandailing dengan pesantren-pesantrennya yang sudah modern.
Masuknya gelombang pedagang dan saudagar ke Barus mengakibatkan penduduk lokal Mendailing di lokasi tersebut; Singkil, Fansur, Barus, Sorkam, Teluk Sibolga, Sing Kwang dan Natal memeluk Islam setelah sebelumnya beberapa elemen sudah menganutnya. Walaupun begitu, mayoritas masyarakat Mendailing di sentral Mendailing masih menganut agama pagan sehingga Perang Padre.
Kelompok Marga Tanjung di Fansur, marga Pohan di Barus, Batu Bara di Sorkam kiri, Pasaribu di Sorkam Kanan, Hutagalung di Teluk Sibolga, Daulay di Sing Kwang merupakan komunitas Islam pertama yang menjalankan Islam dengan kaffah.
Nota Kaki
Orang Batak terhad kepada Danau Toba sahaja. Mereka ini berugama Kristian . Ada yang maseh mengamalkan kepercayaan pagan . Setelah Belanda menjajah Wilayah Mendailing, mereka menamakan Wilayah itu sebagai Wilayah Batak.
Orang Mendailing menduduki wilayah tanah subur di kawasan pergunungan dan lembah . Mereka ini memeluk ugama Islam dalam 2 pharasa iaitu semasa percamoran dengan pedagang dan mubaligh Arab dan juga semasa Perang Padre yang diketuai Imam Bonjot.